Bulan Suro, Bulan Penuh Bencana dan Musibah
Lalu pantaskah bulan Suro dianggap sebagai bulan sial dan bulan penuh bencana? Tentu saja tidak. Banyak bukti kita saksikan. Di antara saudara kami, ada yang mengadakan hajatan nikah di bulan Suro, namun acara resepsinya lancar-lancar saja, tidak mendapatkan kesialan. Bahkan keluarga mereka sangat harmonis dan dikaruniai banyak anak. Jadi, sebenarnya jika ingin hajatannya sukses bukanlah tergantung pada bulan tertentu atau pada waktu baik. Mengapa harus memilih hari-hari baik? Semua hari adalah baik di sisi Allah. Namun agar hajatan tersebut sukses, kiatnya adalah kita kembalikan semua pada Yang Di Atas, yaitu kembalikanlah semua hajat kita pada Allah. Karena Dia-lah sebaik-baik tempat bertawakal. Inilah yang harus kita ingat.
____________________________________________________
Itulah berbagai tanggapan sebagian orang mengenai bulan Suro
atau bulan Muharram. Sehingga kita akan melihat berbagai ritual untuk
menghindari kesialan, bencana, musibah dilakukan oleh mereka. Di antaranya
adalah acara ruwatan, yang berarti pembersihan. Mereka yang diruwat diyakini
akan terbebas dari sukerta atau kekotoran. Ada beberapa kriteria bagi mereka
yang wajib diruwat, antara lain ontang-anting (putra/putri tunggal),
kedono-kedini (sepasang putra-putri), sendang kapit pancuran (satu putra diapit
dua putri). Mereka yang lahir seperti ini menjadi mangsa empuk Bhatara Kala,
simbol kejahatan.
Karena kesialan bulan Suro ini pula, sampai-sampai sebagian
orang tua menasehati anaknya seperti ini:
”Nak, hati-hati di bulan ini. Jangan sering kebut-kebutan, nanti bisa celaka.
Ini bulan suro lho.”
Karena bulan ini adalah bulan
sial, sebagian orang tidak mau
melakukan hajatan nikah di bulan suro, dsb. Jika melakukan hajatan pada
bulan ini bisa mendapatkan berbagai musibah, acara pernikahannya tidak lancar,
mengakibatkan keluarga tidak harmonis, dsb. Itulah berbagai anggapan masyarakat
mengenai bulan Suro dan kesialan di dalamnya.
Ketahuilah saudaraku bahwa sikap-sikap di atas tidaklah
keluar dari dua hal yaitu mencela waktu dan beranggapan sial dengan waktu
tertentu. Karena ingatlah bahwa mengatakan satu waktu atau bulan tertentu
adalah bulan penuh musibah dan penuh kesialan, itu sama saja dengan mencela
waktu. Saatnya kita melihat penilaian agama Islam mengenai dua hal ini.
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
”Beranggapan sial termasuk kesyirikan,
beranggapan sial termasuk kesyirikan. (Beliau menyebutnya tiga kali, lalu
beliau bersabda). Tidak ada di antara kita yang selamat dari beranggapan sial.
Menghilangkan anggapan sial tersebut adalah dengan bertawakkal.”[ HR.
Abu Daud no. 3912. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani]
Ini berarti bahwa beranggapan sial dengan sesuatu baik
dengan waktu, bulan atau beranggapan sial dengan orang tertentu adalah suatu
yang terlarang bahkan beranggapan sial termasuk kesyirikan.
Satu hal yang patut direnungkan. Seharusnya seorang muslim
apabila mendapatkan musibah atau kesialan, hendaknya dia mengambil ibroh bahwa
ini semua adalah ketentuan dan takdir Allah serta berasal dari-Nya. Allah
tidaklah mendatangkan musibah, kesialan atau bencana begitu saja, pasti ada
sebabnya. Di antara sebabnya adalah karena dosa dan maksiat yang kita perbuat.
Inilah yang harus kita ingat, wahai saudaraku. Perhatikanlah firman Allah ’Azza
wa Jalla (yang artinya),
”Dan apa saja
musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri.” (QS. Asy Syuraa: 30)
Jadi, waktu dan bulan tidaklah mendatangkan kesialan dan
musibah sama sekali. Namun yang harus kita ketahui bahwa setiap musibah atau
kesialan yang menimpa kita sudah menjadi ketetapan Allah dan itu juga karena
dosa yang kita perbuat. Maka kewajiban kita hanyalah bertawakkal ketika
melakukan suatu perkara dan perbanyaklah taubat serta istighfar pada Allah
’azza wa jalla.
Lalu pantaskah bulan Suro dianggap sebagai bulan sial dan bulan penuh bencana? Tentu saja tidak. Banyak bukti kita saksikan. Di antara saudara kami, ada yang mengadakan hajatan nikah di bulan Suro, namun acara resepsinya lancar-lancar saja, tidak mendapatkan kesialan. Bahkan keluarga mereka sangat harmonis dan dikaruniai banyak anak. Jadi, sebenarnya jika ingin hajatannya sukses bukanlah tergantung pada bulan tertentu atau pada waktu baik. Mengapa harus memilih hari-hari baik? Semua hari adalah baik di sisi Allah. Namun agar hajatan tersebut sukses, kiatnya adalah kita kembalikan semua pada Yang Di Atas, yaitu kembalikanlah semua hajat kita pada Allah. Karena Dia-lah sebaik-baik tempat bertawakal. Inilah yang harus kita ingat.
Jangan lewatkan KEUTAMAAN BULAN MUHARRAM
Dirangkum dari artikel : http://rumaysho.com/belajar-islam/aqidah/2836-jangan-lakukan-hajatan-pada-bulan-suro.html Ustadz M.Abduh Tuasikal dengan perubahan judul
0 Comments for "Salah Paham Bulan Muharam"