Penyederhanaan masalah dengan menyimpulkan ciri teroris itu adalah
orang yang rajin sholat malam, puasa
sunnah, dan hafal quran, sungguh sebuah ungkapan yang overdosis dan kebablasan.
sunnah, dan hafal quran, sungguh sebuah ungkapan yang overdosis dan kebablasan.
Bagaimana mungkin 3 amalan sunnah -Qiyamul Lail, Shiamun
Nahar, Hifzhul Quran - yang sangat
dianjurkan dalam syariat Islam dan telah menjadi amalan salafunas soleh ,
direndahkan sedemikian rupa dan dicurigai sebagai embrio lahirnya radikalisme. Innalillahi
wa inna ilaihi roji’un.
“Alangkah
jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka. Mereka tidak mengatakan
kecuali dusta”. (Al Kahfi : 5).
Pertarungan antara ahlu haq dan ahlu bathil merupakan
sunnatullah yang tetap berjalan, tiada berakhir hingga matahari terbit dari
sebelah barat. Hal ini merupakan ujian dan cobaan bagi ahlul haq agar terjadi
jihad fi sabilillah dengan lidah, pena, ataupun senjata.
“Mereka hendak
memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, tapi Allah tidak menghendaki
selain menyempurnakan cahaya-Nya walaupun orang-orang kafir tidak menyukai”. (At
Taubah : 32).
Salah satu senjata pamungkas mereka untuk memadamkan cahaya
Allah ialah dengan menjauhkan manusia dari da’i yang berpegang teguh dengan Al
Qur-an dan As Sunnah, dan sebaliknya menyeru manusia ke jalan kesesatan.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Hudzaifah
Ibnul Yaman, dikabarkan akan munculnya para da'i yang menyeru ke
pintu-pintu neraka jahannam (du'atun ila abwabi jahannam)
Dari Hudzaifah Ibnul Yaman Radhiyallahu Anhu berkata :
Manusia bertanya kepada Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . tentang
kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena
khawatir jangan-jangan menimpaku.Maka aku bertanya ; Wahai Rosulullah,
sebelumnya kita berada di zaman Jahiliyyah dan keburukan, kemudian Allah
mendatangkan kebaikan ini. Apakah setelah ini ada keburukan ? Beliau bersabda :
‘Ada’. Aku bertanya : Apakah setelah keburukan itu akan datang kebaikan ?
Beliau bersabda : Ya, akan tetapi di dalamnya ada dakhanun.
Aku bertanya : Apakah dakhanun itu ?. Beliau menjawab :
Suatu kaum yang mensunnahkan selain sunnahku dan memberi petunjuk dengan selain
petunjukku. Jika engkau menemui mereka maka ingkarilah. Aku bertanya : Apakah
setelah kebaikan itu ada keburukan ?. Beliau bersabda : Ya, Du’atun ala abwabi
jahannam (Para Penyeru ke Pintu-Pintu Neraka Jahannam).
Barang siapa yang mengijabahinya (mengikutinya), maka
akan dilemparkan ke dalamnya. Aku bertanya : Wahai Rosulullah, berikan
ciri-ciri mereka kepadaku. Beliau bersabda : Mereka mempunyai kulit seperti
kita dan berbahasa dengan bahasa kita.
Aku bertanya : Apa yang engkau perintahkan kepadaku jika
aku menemuinya ?. Beliau bersabda :Berpegang teguhlah pada Jama’ah Muslimin dan
imamnya. Aku bertanya : Bagaimana jika tidak ada jama’ah maupun imamnya ?
Beliau bersabda : Hindarilah semua firqah itu, walaupun dengan menggigit pokok
pohon hingga maut menjemputmu sedangkan engkau dalam keadaan seperti itu”.
Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali menjelaskan bahwa hakikat
hadits ini adalah penyingkapan kedok kebatilan dan menyingkap kekejiannya
supaya jelas jalannya orang-orang yang suka berbuat dosa (Sabilul Mujrimin).
Hakikat inilah yang dimengerti oleh generasi pertama umat ini-Hudzaifah Ibnul
Yaman, radhiyallahu ‘anhu. Maka ia berkata :
“Manusia bertanya kepada Rosulullah tentang
kebaikan, sedangkan aku bertanya tentang keburukan, karena khawatir akan
terjebak di dalamnya”
Menurut Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali yang dimaksud dengan
para penyeru itu adalah dari kalangan kita sendiri, yakni umat Islam.
Sesungguhnya penanam racun yang keji dan menjalar di kalangan umat ini tidak
lain adalah oknum-oknum dari dalam sendiri.
Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali berpendapat seperti itu dengan
mengutip Ibnu Hajar Rahimahullah dalam Fathul Bari XIII/36 dalam memaknai sabda
Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam :
“Mereka adalah dari kalangan bangsa kita dan berbahasa
dengan bahasa kita”
Sedangkan Al-Qabisi menyatakan-seperti dinukil oleh Ibnu
Hajar-secara lahir maknanya adalah bahwa mereka adalah pemeluk dien (agama)
kita, akan tetapi batinnya menyelisihi. Mereka mempunyai sifat seperti yang dikatakan dalam
hadits riwayat Muslim.
“Artinya : Akan ada di kalangan mereka orang yang
berhati iblis dengan jasad manusia”. (Riwayat Muslim)
Syekh Umar Bakri Muhammad mengungkapkan bahwa terdapat
orang-orang Islam tetapi mempropagandakan ide-ide bukan Islam. Sifat dan
perbuatan jahat orang-orang tersebut sudah tidak terhitung lagi
banyaknya,bahkan mereka adalah ancaman paling berbahaya bagi keberadaan kaum
muslimin dan kemunculan kembali khilafah, karena mereka adalah “ancaman” yang
tidak terlihat (munafik), isyarat Nabawiyah yang paling signifikan tentang kemunculan
‘Para Penyeru ke Pintu-Pintu Neraka Jahannam’ (du’atun ala abwabi jahannam)
sebagaimana diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari hadits Mauraq Al Ajali dari
Ibnu ‘Umar, Ia berkata, Aku mendengar Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :
“Sesungguhnya akan ada pada umatku tujuh puluh lebih da’i
(para penyeru) semuanya mengajak ke Neraka, jika aku mau akan kukabarkan kepada
kalian nama-nama dan suku-suku mereka”
Demikianlah nash-nash hadits yang menceritakan kemunculan ‘para
penyeru ke pintu-pintu neraka jahannam’ ini. Padahal, Islam telah
memerintahkan kaum muslimin untuk menyeru kepada kebaikan (Al-Islam) dan
melakukan amar ma’ruf dan hani munkar, bukan sebaliknya.
Disebutkan dalam As-Sunnah ad-Daarimin pada Bab “Umar bin
Al-Khattab”, bahwa Umar bin Khattab berkata:
“Ikatan Islam akan lepas satu demi satu pada diri
seseorang muslim jika ia tidak mampu memahami apa itu jahiliah (apa-apa yang
tidak diajarkan Islam/kebodohan/kesesatan).”
Dengan demikian, seorang muslim selain perlu mengetahui
tanda-tanda kemurtadan (Alaamatu Ar-Riddah) sehingga dia terhindar
darinya, juga perlu mengetahui siapa-siapa yang menyeru kepada pintu-pintu
neraka jahannam, agar dia tidak ikut terjerumus ke dalamnya.
Terakhir, mari kita perhatikan peringatan yang diucapkan Imam Az-Dzahabi rahimahulloh : “Sesungguhnya
hati-hati ini lemah sedangkan syubhat menyambar-nyambar”.
Nasalullah salamah wal ‘afiah.
1 Comments for "Dai Penyeru Kesesatan"
kalo ada kyai/ustadz yang gak suka dakwah sunnah trus selalu bilang "wahabbi" apapun itu bentuknya apa bisa dibilang "da'i yang menyeru dipintu jahanam"?