Setiap umat Islam ingin umatnya bersatu,
tidak ada yang ingin umat ini terpecah belah. Namun ada yang menganggap
berbeda-beda dalam prinsip beragama yang penting hati kita menyatu. Logikanya
saja, bagaimana mungkin bisa bersatu jika satu pihak berkeyakinan bolehnya
sesajen dan ruwatan, yang lainnya ingin umat itu bertauhid. Bagaimana bisa pula
bersatu jika yang satu ingin agar umat cinta pada tradisi, namun tradisi yang
ada jika tidak mengandung syirik, yah mengandung bid’ah. Dan mustahil syirik
dan bid’ah itu menyatu dengan tauhid dan sunnah.
1- Memperbaiki akidah umat.
Yang dimaksud memperbaiki akidah adalah
membersihkan akidah umat dari kesyirikan. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
وَإِنَّ هَذِهِ
أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ
“Sesungguhnya agama ini adalah agama yang
satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.” (QS. Al Mu’minun:
52).
Karena akidah yang benar akan menyatukan umat dan akan menghilangkan rasa
saling benci. Berbeda halnya jika umat itu berbeda-beda pemahaman dalam akidah
atau beraneka ragam sesembahan. Karena setiap kelompok akan mengklaim
akidahnya-lah yang paling benar, sesembahannya-lah yang lebih pantas
diagungkan, lalu menganggap keliru ajaran yang lain. Bersatu di atas akidah dan
sesembahan yang benar tentu lebih baik. Allah Ta’ala berfirman,
أَأَرْبَابٌ
مُتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ
“Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang
bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?” (QS. Yusuf:
39).
Orang Arab di masa jahiliyah dahulu berpecah belah dan mereka menjadi kaum
lemah di muka bumi. Ketika Islam datang, akidah mereka menjadi benar, lalu
menyatulah mereka di atas satu daulah.
2- Taat pada ulil amri kaum muslimin.
Mendengar dan taat pada ulil amri kaum
muslimin (yaitu pemerintah yang sah). Oleh karenanya, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى
اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ
يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا
“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa
pada Allah, dengarlah dan taatlah (pada ulil amri kalian) walau ia seorang
budak dari negeri Habasyah. Karena siapa saja di antara kalian yang hidup sesudahku
akan melihat perselisihan yang banyak.” (HR. Abu Daud no. 4607, shahih kata
Syaikh Al Albani). Membangkang pada ulil amri, itulah sebab perpecahan.
3- Mengembalikan segala perselisihan kepada Al Qur’an dan As Sunnah.
Mengembalikan dan menyelesaikan segala
perselisihan kepada Al Qur’an dan As Sunnah ketika terjadi perpecahan. AllahTa’ala berfirman,
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ
فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
“Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An Nisa’:
59). Janganlah kembalikan perselisihan tersebut kepada perkataan si fulan atau
perkataan seseorang, namun rujukannya adalah Al Kitab dan As Sunnah.
4- Melakukan ishlah.
Melakukan ishlah atau memperbaiki hubungan
antar sesama ketika terjadi perpecahan, ini juga di antara jalan menyatunya
umat. Allah Ta’ala berfirman,
وَأَصْلِحُوا ذَاتَ
بَيْنِكُمْ وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah
dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; dan taatlah kepada Allah dan
Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman.” (QS. Al Anfal: 1)
5- Memusnahkan para pemberontak dan Khawarij.
Ini juga di antara jalan menyatunya umat
yaitu memusnahkan kelompok yang biasa menimbulkan perpecahan yaitu dari
kalangan pemberontak dan Khawarij. Kelompok-kelompok ini sebenarnya ingin kaum
muslimin terpecah belah. Allah Ta’alaberfirman,
فَإِنْ بَغَتْ
إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي
“Tapi kalau yang satu memberontak
(melanggar perjanjian) terhadap yang lain, hendaklah yang memberontak itu kamu
perangi.” (QS. Al Hujurat: 9). Oleh karena itu, amirul mukminin ‘Ali bin Abi
Tholib pernah memberantas para pemberontak dan Khawarij. Inilah yang menjadi
keutamaan dan keunggulan ‘Ali -semoga Allah senantiasa meridhoi beliau-.
Semoga Allah menyatukan kaum muslimin di
atas akidah yang benar dan di atas sunnah shahihah. Wallahu waliyyut
taufiq.
__________________________________