Berbagi Ilmu ~ Menyebar Sunnah

Berbagi Ilmu ~ Menyebar Sunnah

KEDUDUKAN SHOLAT DI DALAM AGAMA

Banyak orang menyatakan beragama Islam, namun banyak di antara mereka tidak memperhatikan masalah sholat. Bahkan ada juga yang tidak melaksanakan sholat sama sekali. Itu semua, antara lain disebabkan karena mereka tidak mengetahui kedudukan sholat yang sangat agung di dalam agama. Padahal dosa meninggalkan sholat itu lebih besar daripada dosa zina, berjudi, mencuri, minum khomr, dam semacamnya. Maka di sini kami akan menyampaikan masalah keagungan kedudukan sholat di dalam agama Islam, semoga bermanfaat untuk kita semua.
1- Sholat merupakan salah satu dari rukun Islam dan kewajiban terbesar setelah dua syahadat.
Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
“Islam dibangun di atas lima tiang. Syahadat Laa ilaaha illa Alloh dan Muhammad Rosululloh; menegakkan sholat; memberikan zakat; haji; dan puasa Romadhon”. (HR. Bukhori, no: 8; Muslim, no: 16)
2- Pembatas antara iman dengan kekafiran.
Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ
Sesungguhnya (batas) antara seseorang dengan syirik dan kekafiran adalah meninggalkan sholat. (HR. Muslim, no: 82, dari Jabir)
Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
Perjanjian yang ada antara kami dengan mereka adalah sholat. Maka barangsiapa meninggalkannya, dia telah kafir.  (HR. Tirmidzi, no: 2621; dll; Dishohihkan oleh syeikh Al-Albani)
3- Sholat merupakan tiang agama.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ

Pokok urusan itu adalah Islam, tiangnya sholat, dan puncak ketinggiannya adalah jihad”. (HR. Tirmidzi, no: 2616; dll, dishohihkan oleh Syeikh Al-Albani)

4- Amal yang pertama kali dihisab
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ فَإِنْ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنْ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ
Sesungguhnya pertama kali amal hamba yang akan dihisab pada hari kiamat adalah sholatnya. Jika sholatnya baik, maka dia beruntung dan sukses, namun jika sholatnya rusak, maka dia gagal dan rugi. Jika ada sesuatu kekurangan dari sholat wajibnya, maka Ar-Robb (Alloh) ‘Azza wa Jalla berfirman: “Perhatikan (wahai para malaikat) apakah hambaKu ini memiliki sholat tathowwu’ (sunah), sehingga kekurangan yang ada pada sholat wajibnya bisa disempurnakan dengannya!”. Kemudian seluruh amalannya akan dihisab seperti itu.  (HR. Ibnu Majah, no: 1425; Tirmidzi, no: 413;  lafazh ini bagi imam Tirmidzi; dishohihkan oleh Syeikh Al-Albani)
5-    Hukum sholat adalah fardhu ‘ain (kewajiban setiap mukallaf) dalam semua keadaan, baik laki-laki atau perempuan (kecuali sedang haidh atau nifas); budak atau orang merdeka; pejabat atau rakyat; kaya atau miskin, muqim atau musafir, sehat atau sakit, takut atau aman. Alloh Ta’ala berfirman:
حَافِضُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلاَةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا للهِ قَانِتِينَ  فَإِنْ خِفْتُمْ فَرِجَالاً أَوْ رُكْبَانًا فَإِذَآ أَمِنتُمْ فَاذْكُرُوا اللهَ كَمَا عَلَّمَكُم مَّالَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa (ashar). Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’. Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.
(QS. Al-Baqoroh/2: 238-239)

6- Menjaga sholat merupakan wasiat terakhir Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ كَانَ مِنْ آخِرِ وَصِيَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّلَاةَ الصَّلَاةَ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ حَتَّى جَعَلَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُلَجْلِجُهَا فِي صَدْرِهِ وَمَا يَفِيصُ بِهَا لِسَانُهُ
Dari Ummu Salamah, dia berkata: “Wasiat terakhir Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam adalah ‘Perhatikanlah sholat, perhatikanlah sholat, dan budak-budak yang kamu miliki’. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengulang-ulangnya di dalam dadanya, namun lidah beliau tidak mampu mengungkapkannya dengan jelas. (HR. Ahmad 6/290, 311, 321)
7- Alloh mewajibkannya secara langsung kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada malam isro’ mi’roj dan tidak akan merubahnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang hal ini:
فَفَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى أُمَّتِي خَمْسِينَ صَلَاةً فَرَجَعْتُ بِذَلِكَ حَتَّى مَرَرْتُ عَلَى مُوسَى فَقَالَ مَا فَرَضَ اللَّهُ لَكَ عَلَى أُمَّتِكَ قُلْتُ فَرَضَ خَمْسِينَ صَلَاةً قَالَ فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذَلِكَ فَرَاجَعْتُ فَوَضَعَ شَطْرَهَا فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى قُلْتُ وَضَعَ شَطْرَهَا فَقَالَ رَاجِعْ رَبَّكَ فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ فَرَاجَعْتُ فَوَضَعَ شَطْرَهَا فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذَلِكَ فَرَاجَعْتُهُ فَقَالَ هِيَ خَمْسٌ وَهِيَ خَمْسُونَ لَا يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ رَاجِعْ رَبَّكَ فَقُلْتُ اسْتَحْيَيْتُ مِنْ رَبِّي
“Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla mewajibkan lima puluh shalat (setiap hari) atas umatku. Lalu aku kembali dengan itu sehingga aku melewati Musa. Lalu dia (Musa) bertanya: “Apa yang telah Allah wajibkan bagi-mu atas umat-mu ?” Aku menjawab: “Dia telah mewajibkan limapuluh kali shalat atas mereka”. Musa berkata: “Kembalilah kepada Rabbmu, (mohonlah kepadaNya untuk meringankanmu) sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukannya.” Lalu aku mohon kembali, maka Alloh mengurangi setengahnya. Lalu aku kembali kepada Musa, aku berkata: “Allah telah mengurangi setengahnya”. Musa berkata: “Kembalilah kepada Rabbmu, sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukannya.” Lalu aku mohon kembali, maka Alloh mengurangi setengahnya. Lalu aku kembali kepada Musa, dia berkata: “Kembalilah kepada Rabbmu, sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukannya.” Lalu aku mohon kembali, maka Alloh berfirman: “Kewajiban itu 5 kali, namun (pahalanya) 50. Perkataan ini tidak akan diganti selamanya di sisiKu”. Lalu aku kembali kepada Musa, dia berkata: “Mohonlah kembali kepada Robbmu”. Aku menjawab: “Aku telah malu”. (HR. Bukhori, no. 349)
8- Tujuan harta diciptakan untuk menegakkan sholat dan membayar zakat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ إِنَّا أَنْزَلْنَا الْمَالَ لِإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَلَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادٍ لَأَحَبَّ أَنْ يَكُونَ إِلَيْهِ ثَانٍ وَلَوْ كَانَ لَهُ وَادِيَانِ لَأَحَبَّ أَنْ يَكُونَ إِلَيْهِمَا ثَالِثٌ وَلَا يَمْلَأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ ثُمَّ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
Sesungguhnya Alloh ‘Azza wa Jalla berfirman: “Sesungguhnya Kami menurunkan harta untuk menegakkan sholat dan membayar zakat. Seandainya manusia itu memiliki harta satu lembah, dia suka memiliki lembah kedua. Jika dia memiliki harta dua lembah, dia suka memiliki lembah ketiga. Dan tidak akan memenuhi perut manusia kecuali tanah, kemudian Alloh akan menerima taubat orang yang bertaubat. (HR.Ahmad, no. 21399; Thobroni di dalam Al-Kabir; Lihat Shohih al-Jami’us Shoghir, no. 1777)
9- Sholat wajib dilakukan 5 kali sehari semalam, berbeda dengan rukun-rukun Islam yang lain.
Hal ini –wallohu a’lam- sebagai isyarat bahwa ruh memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi sebagaimana kebutuhan badan; mengingatkan hamba bahwa setiap waktu dia harus meniti jalan Alloh; mengingatkan bahwa hamba selalu diawasi oleh Alloh; mengingatkan jangan sampai tenggelam di dalam urusan dunia yang fana; dan sebagai sarana mencegah perbuatan keji dan mungkar; serta membersihkan dosa dengan berulang-ulang.
10- Ijma’ sahabat Nabi tentang kekafiran orang yang meninggalkan sholat.
Banyak ulama’ menyebutkan hal ini, seperti  di dalam kitab Al-Muhalla 2/242-243, karya Imam Ibnu Hazm; Kitabus Sholat, hlm. 26, karya Imam Ibnul Qoyyim; dan Syarhul Mumti’ 2/28, karya syaikh Al-‘Utsaimin.
Selain itu juga terdapat keterangan bahwa meninggalkan sholat merupakan penyebab kecelakaan dan sebab masuk neraka Saqor. Inilah sedikit keterangan mengenai kedudukan sholat yang sangat agung di dalam agama Islam, semoga Alloh Ta’ala selalu menolong kita untuk melaksanakan sholat dengan sebaik-baiknya. Aamiin.
Penulis: Muslim Atsari
Artikel: www.UstadzMuslim.com
Tag : Ibadah, Sholat
0 Comments for "KEDUDUKAN SHOLAT DI DALAM AGAMA"

Back To Top